Bahkan beberapa pabrik di negara yang terkena dampak paling parah, seperti Italia, dilaporkan terpaksa menghentikan produksi mereka. Penurunan jumlah produksi inilah yang memicu terjadinya PHK besar-besaran, sehingga gelombang pengangguran pun sulit dihindari.
Kondisi ini sudah tentu menyebabkan penurunan kemampuan ekonomi yang signifikan, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dan lainnya.
Agar kondisi ini tidak semakin terpuruk, vaksin corona harus segera ditemukan. Dengan begitu imun tubuh akan terbentuk, sehingga jumlah penderita bisa turun, dan dunia pun bisa bangkit kembali.
Demi mewujudkan dunia yang bebas corona inilah para ilmuwan dan peneliti di seluruh dunia mengerahkan segenap kemampuannya dalam meramu dan meracik zat yang diharapkan bisa menjadi perisai manusia dalam menghadapi serangan virus corona ini.
Sebuah kabar baik akhirnya mulai terdengar di penghujung tahun 2020, sejumlah penelitian di beberapa negara menyatakan berhasil mengembangkan vaksin corona, dan melewati tahap uji klinis.
4 Kandidat Vaksin Corona yang Telah Melewati Fase Uji Klinis-3
Normalnya, tahapan pembuatan vaksin membutuhkan waktu penelitian dan pengujian yang sangat lama untuk mencapai fase klinik.
Namun berbeda dalam kasus pengembangan vaksin virus corona ini. Para ilmuwan berkerja keras untuk mengembangkan vaksin dalam waktu yang lebih cepat. Mereka saling bersinergi menyiptakan vaksin yang aman dan efektif sehingga target bebas pandemi pada tahun 2021 bisa terealisasi.
Tahapan Pembuatan Vaksin
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada enam tahap untuk membuat sebuah vaksin, yaitu:
1. Tahap eksplorasi
2. Tahap praklinis
3. Perkembangan klinis atau uji klinis
4. Tinjauan peraturan dan persetujuan
5. Manufaktur
6. Kontrol kualitas
Untuk kasus COVID-19 ini, kini vaksinnya masih berada di tahap dua dan tiga, yaitu tahap praklinis dan uji klinis. Pada dua tahap ini, sebuah vaksin harus melewati berbagai kali proses pengujian.
- Tahap Praklinis
Pada tahap ini, ilmuwan menguji vaksin baru pada sel dan memberikannya pada hewan seperti tikus atau monyet untuk melihat apakah vaksin tersebut menghasilkan respons imun.
- Uji Klinis I (safety trials)
Pada tahap ini, para ilmuwan memberikan vaksin kepada sejumlah kecil orang untuk menguji keamanan dan dosis, serta untuk memastikan bahwa fungsi dalam vaksin tersebut merangsang sistem kekebalan.
- Uji Klinis II (expanded trials)
Pada tahap ini, ilmuwan memberikan vaksin pada ratusan orang yang dibagi menjadi beberapa kelompok, seperti anak-anak dan orang tua. Tujuannya untuk melihat apakah vaksin bekerja berbeda pada tubuh mereka.
Uji coba ini selanjutnya menguji keamanan vaksin dan kemampuan untuk merangsang sistem kekebalan.
- Uji Klinis III (efficacy trials)
- Uji Klinis III (efficacy trials)
Pada tahap ini, para ilmuwan memberikan vaksin pada ribuan orang dan menunggu untuk melihat berapa banyak yang terinfeksi, dibandingkan dengan sukarelawan yang menerima plasebo.
Uji klinis 3 merupakan fase yang amat krusial dalam pembuatan vaksin. Uji coba inilah yang dapat menentukan apakah vaksin tersebut efektif melindungi tubuh dari virus corona atau tidak.
Berikut adalah beberapa kandidat vaksin corona yang telah melewati fase uji klinis 3, yang menjadi harapan bagi dunia agar segera pulih dari pandemi.
Vaksin Pfizer
Vaksin ini dikembangkan oleh Pfizer, sebuah perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat. Berkerjasama dengan BionTech, perusahaan asal Jerman.
Pfizer menyatakan bahwa efektifitas vaksin corona yang mereka kembangkan 90% efektif mencegah penularan virus covid-19.
Vaksin Pfizer dinamakan BNT162b2 dan berbasis teknologi messenger RNA (nRNA). Vaksin ini Menggunakan gen sintetis yang lebih mudah diciptakan, sehingga bisa diproduksi lebih cepat dibanding teknologi biasa.
Virus yang tidak aktif ini tidak menyebabkan sakit tetapi mengajari sistem imun untuk memberikan respons perlawanan.
Selain itu, dengan mRNA, tubuh tidak disuntik virus mati maupun dilemahkan, melainkan disuntik kode genetik dari virus tersebut. Hasilnya, tubuh akan memproduksi protein yang merangsang respons imun.
Uji coba vaksin pfizer ini sudah melewati fase ketiga yang merupakan fase paling krusial dalam pengembangan vaksin, karena langsung diujicobakan kepada manusia.
Vaksin Moderna
Vaksin Moderna dikembangkan oleh perusahaan Moderna Inc, yang berbasis di Massachusset. Moderna mengklaim bahwa vaksin buatan mereka mempunyai efektivitas tinggi, mencapai 94,5 persen berdasarkan data awal pada uji coba fase-3.
Dalam mengembangkan vaksin corona ini, Moderna bekerja sama dengan National Institutes of Health. Vaksin yang diberi nama mRNA-1273 ini berkerja dengan metode yang bergantung pada penyuntikan potongan materi genetik virus, mRNA, ke dalam sel manusia.
Moderna mengklaim, vaksin mereka aman dengan sebagian efek samping kategori ringan atau sedang, seperti nyeri di lokasi suntikan, kelelahan, nyeri otot, dan sakit kepala.
Gamaleya atau Sputnik V
Vaksin Sputnik V ini dikembangkan oleh Gamaleya Center, di Rusia. Mereka mengklaim efektivitas vaksin ini mencapai 92 persen.
Hasil uji coba fase-3 membuktikan bahwa vaksin ini efektif di antara sekelompok relawan yang menjadi bagian dari uji coba.
Gamaleya mengembangkan vaksin corona in menggunakan metode yang sedikit berbeda yaitu dengan menggunakan versi lemah adenovirus penyebab flu pada umumnya, untuk memperkenalkan bagian protein terluar dari virus SARS-CoV-2 ke tubuh.
Vaksin Sinovac
Vaksin corona sinovac dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal China bernama Sinovac Biotech.
Vaksin corona sinovac mulai dikembangkan sejak virus covid-19 melanda dunia. Vaksin sinovac ini sudah melewati uji coba fase-1 pada April 2020 dengan 144 orang sukarelawan.
Uji coba fase kedua dilakukan pada Mei 2020, di mana melibatkan ribuan orang relawan, termasuk dari Indonesia.
Berbeda dengan metoda Pfizer, Sinovac memilih mengembangkan vaksin dengan cara "inactivated Covid".
Vaksin Corona dibuat secara kimiawi dengan menonaktifkan seluruh partikel virus, khususnya protein S.
Dalam bahasa sederhana, vaksin Corona buatan Sinovac menyuntikkan versi mati dari virus Corona untuk menghasilkan kekebalan.
Secara teori, vaksin semacam ini dapat menghasilkan respons antibodi yang lebih luas karena mengandung set lengkap protein virus, bukan satu protein tertentu.
Pada November 2020, publikasi The Lancet berjudul "Safety, Tolerability, and Immunogenicity of an Inactivated SARS-CoV-2 Vaccine in Healthy Adults Aged 18–59 Years: A Randomised, Double-blind, Placebo-controlled, Phase 1/2 Clinical Trial" menyebutkan bahwa "vaksin sinovac menimbulkan respon humoral terhadap SARS-CoV-2 yang baik dan dapat ditoleransi" serta tidak menimbulkan "reaksi parah" pada sukarelawan, atau dengan kata lain, "menjanjikan".
Tidak lama kemudian, Sinovac mengumumkan mereka memasuki uji coba fase-3. Namun hingga artikel ini ditulis, aku belum menemukan adanya pernyataan resmi yang mempublikasikan hasil uji coba dari fase-3 ini.
Meski sejumlah kandidat vaksin corona telah ditemukan, namun kita harus tetap waspada hingga vaksin tersebut dinyatakan lulus tahap persetujuan.
Dengan begitu, barulah vaksin bisa dinyatakan efektif untuk mencegah dan mengobati penderita virus corona.
Kebiasaan kita dalam menerapkan social distancing dan protokol kesehatan harus tetap dijalankan agar kita bisa terhindar dari penyebaran virus corona ini.
Mari kita tetap jalankan pola hidup sehat agar daya imun tubuh tetap terjaga. Apapun alasannya, mencegah akan selalu lebih baik daripada mengobati.
Tapi yang namanya sakit itu terkadang suka datang tanpa diundang, ya? Nah, sebelum mengunjungi rumah sakit untuk berobat, aku sarankan Sobat Meripedia untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Dengan begitu kita bisa menghindarkan diri dari terpaparnya virus.
Nah, salah satu cara aman untuk berkonsultasi dengan dokter adalah dengan menggunakan aplikasi Halodoc.
Aplikasi Halodoc ini banyak sekali manfaatnya. Beberapa di antaranya seperti konsultasi seputar kesehatan, melakukan appoinment sebelum kunjungan, bahkan update informasi tentang dunia kesehatan terbaru, termasuk informasi seputar vaksin corona ini.
Lengkap banget, ya.
Di mana pun domisili kita saat ini, kita tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan dengan mudah.
So, bagi yang masih bingung mau konsultasi dengan dokter di mana? Aku rekomendasiin teman-teman untuk download aplikasi Halodoc ini sekarang juga.
Kalau ada yang mudah, ngapain pilih yang susah. Ya, kan?
Kandidat Vaksin Corona
Berikut adalah beberapa kandidat vaksin corona yang telah melewati fase uji klinis 3, yang menjadi harapan bagi dunia agar segera pulih dari pandemi.
Vaksin Pfizer
Vaksin ini dikembangkan oleh Pfizer, sebuah perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat. Berkerjasama dengan BionTech, perusahaan asal Jerman.
Pfizer menyatakan bahwa efektifitas vaksin corona yang mereka kembangkan 90% efektif mencegah penularan virus covid-19.
Vaksin Pfizer dinamakan BNT162b2 dan berbasis teknologi messenger RNA (nRNA). Vaksin ini Menggunakan gen sintetis yang lebih mudah diciptakan, sehingga bisa diproduksi lebih cepat dibanding teknologi biasa.
Virus yang tidak aktif ini tidak menyebabkan sakit tetapi mengajari sistem imun untuk memberikan respons perlawanan.
Selain itu, dengan mRNA, tubuh tidak disuntik virus mati maupun dilemahkan, melainkan disuntik kode genetik dari virus tersebut. Hasilnya, tubuh akan memproduksi protein yang merangsang respons imun.
Uji coba vaksin pfizer ini sudah melewati fase ketiga yang merupakan fase paling krusial dalam pengembangan vaksin, karena langsung diujicobakan kepada manusia.
Vaksin Moderna
Vaksin Moderna dikembangkan oleh perusahaan Moderna Inc, yang berbasis di Massachusset. Moderna mengklaim bahwa vaksin buatan mereka mempunyai efektivitas tinggi, mencapai 94,5 persen berdasarkan data awal pada uji coba fase-3.
Dalam mengembangkan vaksin corona ini, Moderna bekerja sama dengan National Institutes of Health. Vaksin yang diberi nama mRNA-1273 ini berkerja dengan metode yang bergantung pada penyuntikan potongan materi genetik virus, mRNA, ke dalam sel manusia.
Moderna mengklaim, vaksin mereka aman dengan sebagian efek samping kategori ringan atau sedang, seperti nyeri di lokasi suntikan, kelelahan, nyeri otot, dan sakit kepala.
Gamaleya atau Sputnik V
Vaksin Sputnik V ini dikembangkan oleh Gamaleya Center, di Rusia. Mereka mengklaim efektivitas vaksin ini mencapai 92 persen.
Hasil uji coba fase-3 membuktikan bahwa vaksin ini efektif di antara sekelompok relawan yang menjadi bagian dari uji coba.
Gamaleya mengembangkan vaksin corona in menggunakan metode yang sedikit berbeda yaitu dengan menggunakan versi lemah adenovirus penyebab flu pada umumnya, untuk memperkenalkan bagian protein terluar dari virus SARS-CoV-2 ke tubuh.
Vaksin Sinovac
Vaksin corona sinovac dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal China bernama Sinovac Biotech.
Vaksin corona sinovac mulai dikembangkan sejak virus covid-19 melanda dunia. Vaksin sinovac ini sudah melewati uji coba fase-1 pada April 2020 dengan 144 orang sukarelawan.
Uji coba fase kedua dilakukan pada Mei 2020, di mana melibatkan ribuan orang relawan, termasuk dari Indonesia.
Berbeda dengan metoda Pfizer, Sinovac memilih mengembangkan vaksin dengan cara "inactivated Covid".
Vaksin Corona dibuat secara kimiawi dengan menonaktifkan seluruh partikel virus, khususnya protein S.
Dalam bahasa sederhana, vaksin Corona buatan Sinovac menyuntikkan versi mati dari virus Corona untuk menghasilkan kekebalan.
Secara teori, vaksin semacam ini dapat menghasilkan respons antibodi yang lebih luas karena mengandung set lengkap protein virus, bukan satu protein tertentu.
Pada November 2020, publikasi The Lancet berjudul "Safety, Tolerability, and Immunogenicity of an Inactivated SARS-CoV-2 Vaccine in Healthy Adults Aged 18–59 Years: A Randomised, Double-blind, Placebo-controlled, Phase 1/2 Clinical Trial" menyebutkan bahwa "vaksin sinovac menimbulkan respon humoral terhadap SARS-CoV-2 yang baik dan dapat ditoleransi" serta tidak menimbulkan "reaksi parah" pada sukarelawan, atau dengan kata lain, "menjanjikan".
Tidak lama kemudian, Sinovac mengumumkan mereka memasuki uji coba fase-3. Namun hingga artikel ini ditulis, aku belum menemukan adanya pernyataan resmi yang mempublikasikan hasil uji coba dari fase-3 ini.
Tetap Waspada Meskipun Vaksin Sudah Ada
Meski sejumlah kandidat vaksin corona telah ditemukan, namun kita harus tetap waspada hingga vaksin tersebut dinyatakan lulus tahap persetujuan.
Dengan begitu, barulah vaksin bisa dinyatakan efektif untuk mencegah dan mengobati penderita virus corona.
Kebiasaan kita dalam menerapkan social distancing dan protokol kesehatan harus tetap dijalankan agar kita bisa terhindar dari penyebaran virus corona ini.
Mari kita tetap jalankan pola hidup sehat agar daya imun tubuh tetap terjaga. Apapun alasannya, mencegah akan selalu lebih baik daripada mengobati.
Tapi yang namanya sakit itu terkadang suka datang tanpa diundang, ya? Nah, sebelum mengunjungi rumah sakit untuk berobat, aku sarankan Sobat Meripedia untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Dengan begitu kita bisa menghindarkan diri dari terpaparnya virus.
Nah, salah satu cara aman untuk berkonsultasi dengan dokter adalah dengan menggunakan aplikasi Halodoc.
Aplikasi Halodoc ini banyak sekali manfaatnya. Beberapa di antaranya seperti konsultasi seputar kesehatan, melakukan appoinment sebelum kunjungan, bahkan update informasi tentang dunia kesehatan terbaru, termasuk informasi seputar vaksin corona ini.
Lengkap banget, ya.
Di mana pun domisili kita saat ini, kita tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan dengan mudah.
So, bagi yang masih bingung mau konsultasi dengan dokter di mana? Aku rekomendasiin teman-teman untuk download aplikasi Halodoc ini sekarang juga.
Kalau ada yang mudah, ngapain pilih yang susah. Ya, kan?